Minggu, 10 April 2016

Meskipun kita berbeda, yang penting niat kita tetap sama


Pengalaman ini berawal dari info yang di share teman di grup, tentang pencarian relawan untuk mengajar di SDN Serut di Daerah Gunung Kidul. Terlebih lagi di info tersebut ada pertanyaan : “anda merasa tertantang?”, wah nantangin banget nih...heheee, tanpa pikir panjang aku langsung daftarkan diri. Aku memang sangat menyukai anak-anak dan sangat menikmati kegiatan mengajar dan bermain bersama anak-anak, sampai terkadang aku selalu berpikir aku salah jurusan, tapi yo wis, dijalani aja, jurusan apapun tetap bisa ngajar kok (malah curcol), hihii.
Awalnya aku gak yakin akan diterima sebagai relawan, karena udah beberapa kali ikut mendaftar kegiatan volunteer serupa, selalu saja ditolak, mulai dari TNT 1000 guru jogja, 1000 guru cilacap, dan Jogja menyala. Entah dimana salahku, sehingga aku gak pernah memenuhi kriteria sebagai seorang volunteer. Tapi penolakan tersebut gak pernah menyurutkan semangatku untuk tetap mendaftar di kegiatan serupa. Ketika aku dinyatakan tergabung ke dalam tim relawan SDN Serut ini, aku sangat bahagia, Alhamdulillah, akhirnya terpilih juga, hehee.
Perasaan menarik yang kurasakan ketika mengikuti pembekalan pada tanggal 19 Maret 2016. Ketika masuk ruangan pembekalan, aku mulai berkenalan dengan beberapa teman baru calon relawan Serut. Sepanjang kenalan, ternyata mereka mahasiswa UNY. Nyali ku sedikit menciut, dan perasaan ragu mulai menyelimutiku, “jangan-jangan ini kegiatannya memang untuk mahasiswa UNY saja ya?, berarti aku salah tempat, hanya aku sendiri yang dari UGM”. Aku baca lagi info perekrutan relawan, disana memang tidak disebutkan persyaratan menjadi relawan adalah Mahasiswa UNY. Yap, aku teguh kembali, yaa memang di pengumuman tidak disyaratkan begitu kok, ya gak masalah, harus tetap pede (menyemangati diri).  Untuk menyakinkan diri, ku bertanya kepada teman yang menshare info tersebut, untuk memastikan kalau aku memang tidak salah tempat, hihii. Sampai akhirnya aku berkenalan dengan seorang gadis, bernama dita, yang dari UGM juga, semakin meneguhkan diriku.
Ketika perkenalan, aku memang menjadi sangat asing diantara yang lainnya. Calon relawan lainnya berasal dari UNY dan berlatar belakang pendidikan semua. Dita yang sama denganku berasal dari UGM juga pernah menjadi mahasiswa UNY ketika S1, dan salah satu panitia adalah temannya, membuatnya menjadi tidak canggung dengan keadaan tersebut, sedangkan aku, yang berasal dari UGM dan tidak berlatar pendidikan sedikit pun dan juga tidak mempunyai teman yang ikut sebagai peserta maupun panitia menjadi sangat aneh berada disana. Tapi ya sudah, yang penting niatnya adalah menjadi relawan, berkali-kali aku berupaya meyakinkan diri menjalani niat tersebut.
Pada kegiatan pembekalan kami mengatur dan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan  nantinya. Kami dibagi dalam 6 kelompok, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 orang relawan, yang menjadi penanggungjawab msing-masing kelas. Dalam pembagian ini, aku satu tim dengan mas Rio dan diberi tanggung jawab mengajar di kelas 1 SD. Dalam pikiran ku, Alhamdulillah dapat kelas 1 SD, masih unyu-unyu semua dan gak kritis, hehee. Aku dan mas Rio merencakan akan membuat pohon impian yang nantinya pohon tersebut akan ditempelkan impian-impian (cita-cita) anak-anak tersebut. selain pohon impian, kami juga merencanakan membuat games dengan menggunakan Koran.
Setelah perencanaan dan persiapan yang cukup matang, meskipun hanya diskusi via whatsapp saja, waktu yang ditunggu pun datang. Yap, tanggal 26 Maret 2016, kami berkumpul di parkiran pascasarjana UNY. Pukul 9.00 WIB kami berangkat ke TKP. Disini aku merasa asing kembali, karena semua peserta menggunakan jas almamater UNY, aku sendiri yang tidak, Dita yang juga dari UGM, memakai jas yang warnanya senada dengan yang lain, aku selalu beda sendiri, hehee, yah memang harus nyandang Pede tingkat tinggi untuk kegiatan hari itu.
Sampai di lokasi, kami mulai dengan kegiatan awal, yaitu membagi-bagikan makanan bergizi ke murid-murid SDN Serut. Menurut info dari guru SD, murid kelas 1 dan 2 biasa pulang jam 10.30 WIB, dan guru tersebut mengingatkan kami para relawan, agar jadwal pulang mereka tidak berubah, harus tetap seperti biasa, karena orang tua mereka selalu menjemput anak-anaknya tepat waktu. Ini merupakan tantangan bagi saya dan teman relawan penanggung jawab kelas 1 dan 2, karena ketika diingatkan hal itu, waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, yaa kami hanya punya waktu 30 menit untuk mengeksekusi semua rencana.
Kegiatan di kelas kami mulai dengan games Koran, dimana kami telah menyiapkan Koran-koran. Disini kami menantang murid-murid untuk membuat bangunan kokoh dari koran setinggi dan sekokoh mungkin yang tidak roboh diterjang badai, jiaaah lebay. Murid-murid dibagi dalam 5 kelompok, dan masing- masing terdiri dari 3 orang. Awalnya mereka bingung dengan instruksi kami, mereka sibuk memperhatikan barang-barang yang kami bawa dan melihat kakak-kakak panitia yang datang silih berganti mengabadikan kegiatan tersebut (gagal fokus). 

Setelah dicontohkan barulah mereka paham, dan mengikuti instruksi dari saya dan mas Rio. Ekspresi dan upaya mereka sangat beragam ketika harus menumpuk koran-koran menjadi bangunan kokoh, lucu kalau diingat, hehe. Setelah selesai kami memilih kelompok yang berhasil membuat bangunan tertinggi dan terkokoh, dan kemudian masuklah ke kegiatan inti, yaitu pohon impian. 

Disini kami meminta adik-adik menuliskan impian/cita-cita mereka di selembar kertas berkarakter dan nantinya kertas tersebut digantung di pohon impian. Mereka sangat bersemangat dan antusias ketika disuruh untuk menggantung sendiri cita-cita mereka di pohon. Ketika membaca impian mereka satu per satu, ada yang ingin jadi dokter, guru, pilot, dan cita-cita lain yang sangat umum ditulis oleh anak-anak seusia mereka. Ada satu kertas yang menarik bagiku. Kertas yang ditulis oleh seorang anak yang bernama Dani. Di kertas tersebut tertulis Nama : Dani, Supir Truk. Membaca itu, aku langsung memanggil nama Dani, aku memastikan cita-cita yang dia tulis. Ternyata memang benar dia punya impian menjadi supir truk, sontak dalam hati aku bertanya kenapa supir truk, kenapa bukan yang lain, disaat anak-anak lain bercita-cita menjadi sosok-sosok hebat, tapi dia memilih menjadi supir truk, ketika ditarnya mengapa, Dani hanya tersenyum dan berpikir. Belum sempat ia memberikan jawaban, kakak panitia datang dan memberi tahu waktu kami telah habis, dan saatnya untuk berfoto bersama. Yaaah, sampai saat ini akupun masih penasaran dengan jawaban Dani, pasti dia punya alasan mengapa ingin menjadi supir truk, bisa jadi ayahnya adalah seorang supir truk atau mungkin dia sangat senang naik truk, hehe, mencoba mereka-reka. Apapun impian kalian, gapailah adiak-adikku, dokter, guru, pilot, maupun supir truk, selagi itu halal dan bermanfaat bagi orang lain, itu adalah profesi mulia. Semoga impian kalian semua tercapai, itulah harapan kami, sang relawan.


Kegiatan ini sangat berkesan bagiku, sangat menyenangkan, selain bisa bermain bersama anak-anak, aku juga mendapat teman-teman baru, berkunjung ke daerah baru, pengalaman baru dan pelajaran baru. Dari semua itu aku hanya bisa mengucap syukur, Alhamdulillahirabbil’alamin selalu diberikan kesempatan untuk bisa menjadi bermanfaat bagi sesama. Semoga di kegiatan berikutnya bisa berkontribusi lagi. Sukses untuk kegiatan Bakti Desa KMP UNY, meskipun aku berbeda, tapi niat kita sama, ingin bermanfaat bagi sesama, dan niat itulah yang mempertemukan kita.     


Berbeda, why not?? hihiii

Salam berbagi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar